Buncah
Aku menulis ini dengan hati yang berat,
dengan air mata yang menggantung di kelopak mata.
Dadaku penuh luka, sesak rasanya.
Selama masih ada banjir,
sedih akan tetap mengalir,
pilu masih akan terus menggenang di ubin-ubin dapur,
serta kamar yang suram.
Selama sepekan ini, pikiranku kacau balau.
Tengah malam-malam sekali,
sewaktu orang-orang ribut dengan mimpi pribadi—
Aku malah bertikai dengan perasaanku yang selalu ingin dimengerti.
Capai,
aku harus kemana?
Bahkan jalanku terasa abu-abu, untuk sekedar bayang—
jauh dari kata itu.
Purworejo, 22 Februari 2021
Komentar
Posting Komentar