Postingan

PAMITAN

Hai, terimakasih sudah mampir untuk membaca tulisan ini. Siapapun kamu, mungkin kamu adalah seseorang yang kenal denganku atau sekadar ingin berkenalan dan penasaran tentang link aneh yang kupasang di bio Instagram. Blog tulisan ini kubuat sudah lama, waktu aku masih SMK. Isinya puisi-puisi norak dan bucin mungkin jika dibaca sekilas. Ada beberapa tulisan yang sudah aku take down, dengan alasan puisi tersebut ada sangkut pautnya dengan seseorang—yang mungkin juga akan menjadi alasan aku akan berhenti menulis di blog ini. Jujur, setiap kali aku jatuh cinta atau patah hati, aku akan lari ke blog ini. Menulis satu dua bait yang terkadang isinya hanya sajak yang singkat, padat, dan membingungkan. Ah rasanya memang akan sayang sekali jika aku meninggalkan blog yang sudah lama kubuat sebagai tempat pelarian. Pokoknya, aku berterima kasih pada kalian yang pernah membaca tulisanku yang kacau balau. Mulai sekarang, aku akan berhenti menulis apapun tentang perasaanku kedepannya. Ada beberapa ala...

SELF BEGANDRING

Aku ingin lebih lama lagi, menikmati kesendirian ini, menghirup kesepian yang menyelimuti Aku ingin lebih lama lagi, menonton rangkain kisah hidupku di depan sebuah ruangan hampa tanpa sesiapa Aku ingin lebih lama lagi, berdoa untuk hal-hal kecil dan yang aku cintai lebih dari segalanya dia dunia ini Tuhan, jagalah ibu ayahku Aku tidak menjamin bisa pulang tahun ini, ataupun tahun depan, dan tahun-tahun yang akan datang Namun, aku akan lebih tenang jika ibu ayahku bahagia disana dan merindukan aku sesekali saja Tuhan, jaga pula teman-teman terdekatku Kau lebih tau dari segalanya, siapa yang selalu ada disampingku saat aku terpuruk dan kecewa Aku percaya diri untuk melangkah lebih jauh lagi, meski terkadang kesepian ini mencekikku sampai aku tidak tau lagi harus melakukan apa Tidak, aku tidak lagi mengharapkan siapapun akan datang. Aku sudah melepas semua harapan pada seseorang yang mungkin berpotensi melukaiku lagi dan lagi Aku hanya ingin sendiri, menikmati ini semua Terima kasih untu...

Surat

Berbagai rasa cinta, namun entah siapa yang akan menjadi rumahnya. Berbagai banyak hati, namun entah siapa yang akan menjadi finalnya. Berapa banyak langkah, dan masih entah kemana tujuannya. Berapa banyak temu, dan masih entah kemana perginya. Hidup ini kadang-kadang jemu, Bagai daun jatuh yang akan tahu akhirnya bagaimana Namun terkadang juga nelangsa Bagai tangisan tak berujung yang entah bagaimana jadinya Membingungkan bukan? Kuharap, entah apapun keadaannya Rasa cinta, langkah tak berujung, keraguan, tangisan, dan segala bentuk perasaan—tetap akan menemukan akhir yang membahagiakan

Ini surat, Bu.

Bu, ada beberapa pertanyaan di kepalaku saat ini tentang bagaimana perasaanmu kini yang kutinggal jauh merantau di negeri orang? Bu, mungkin kalau kuutarakan—aku bahkan takkan sanggup mengatakannya. Dan... bilamana kucacat dalam selembar surat—itupun tidak akan pernah cukup untuk menampung hurufnya Bu, banyak sekali keluhan dari pertama aku menyinggahi negeri ini tentang susahnya hidup berkelompok dengan banyak kepala yang keras, dengan pekerjaan yang berat, dengan lingkungan yang menekan Tapi Bu, mana berani aku mengatakannya padamu. Yang setiap hari kulakukan, kubisikkan sendiri dalam hati ini hanya, "Tenang, ini tidak selamanya. Kamu hanya belum terbiasa. Kamu hebat dan kamu kuat. Ingat keluargamu di rumah, mereka menunggu kabar baik setiap hari darimu disini. Jangan kecewakan mereka dan bangkitlah segera." Itu yang terus menerus kuulang-ulang kalimatnya Bu. Entahlah Bu, mungkin anakmu ini belum memakan semua bekal yang kau bawakan. Atau mungkin, mental anakmu ini yang tel...

PEMBEBASAN

Bisakah kita lepas sejenak topeng yang menutupi ini? Bisakah kita sejenak berterus terang tentang keadaan diri sendiri, dan apa yang menjadi sebenar-benarnya kita yang asli? Bisakah kita diterima oleh dunia dengan segala seleksi di dalamnya? yang kadang membuat diri kita malu dan menjadi pribadi yang palsu Bahkan setiap orang memerankan dirinya yang lain, dan pulang dengan wajah kusut sebab letih berperan memenuhi ekspektasi luaran yang serba menuntut Rezim yang lebih mengerikan adalah hukum yang tidak pernah ada namun selalu dijalankan dengan setumpuk ketakutan Bisakah kita hidup menjadi diri sendiri hari ini? Kupikir tidak semua dari kita mempunyai dasar yang brutal, kita hanya dibuat untuk menyeimbangkan habitat agar tidak punah dan hancur. Selain itu, bisakah kita tidak memakai topeng manapun? Kupikir sedikit mustahil.

Paradoks Rasa

Mula-mula, kita hanya dua orang yang arah dan tujuannya berbeda Kita yang sama-sama asing, kita yang sama-sama tidak peduli Hingga pada suatu ketika muncul blink dari langit-langit angkasa, menari-nari dan mempertemukan kita di dalamnya Kita yang sama-sama tidak tahu-menahu, tentang hati kita sendiri yang dingin dan kaku— Tetiba menjadi hangat, karena aku sendiri yang sudah kebertahun entah—telah lama tidak merasakannya Kupikir ini hanya kebetulan takdir dan kekuatan cinta yang sulit dijelaskan dengan akal manusia Entah karena apa, aku yang lincah menjadi tunduk akan hal itu, menjadi lemah hatinya dan sering tertawa karena merasa geli sendiri Apakah jatuh hati segila ini? Kataku pada diri sendiri sambil membanting pintu Bahkan siapa yang tahan jika sekecil bayangannya saja melambai-lambai di pikiran? Sungguh hidup ini susah, dan cinta kadang membuatnya makin susah dan sulit dilogika

Elegi Lukisan Usang

Lukisan itu terjepit di sela besi, dan tembok yang berimpit Menenggelamkan wajah wanita berkerudung merah, yang kau gandeng dengan tawa yang khas Lukisan usang, dengan warna tinta yang tak lagi sepadana Menggerus waktu lebaran, beberapa tahun berlalu Kau masih sama Aku memandangi tawamu yang tak terlihat Menggenggam harap pada lukisan usang, Andai kala, waktu bukan kawan— hidup mentertawakan panggung yang kosong ini Sungguh lucu.