Ini surat, Bu.

Bu, ada beberapa pertanyaan di kepalaku saat ini
tentang bagaimana perasaanmu kini yang kutinggal jauh merantau di negeri orang?

Bu, mungkin kalau kuutarakan—aku bahkan takkan sanggup mengatakannya. Dan...
bilamana kucacat dalam selembar surat—itupun tidak akan pernah cukup untuk menampung hurufnya

Bu, banyak sekali keluhan dari pertama aku menyinggahi negeri ini
tentang susahnya hidup berkelompok dengan banyak kepala yang keras, dengan pekerjaan yang berat, dengan lingkungan yang menekan
Tapi Bu, mana berani aku mengatakannya padamu.

Yang setiap hari kulakukan, kubisikkan sendiri dalam hati ini hanya,
"Tenang, ini tidak selamanya. Kamu hanya belum terbiasa. Kamu hebat dan kamu kuat. Ingat keluargamu di rumah, mereka menunggu kabar baik setiap hari darimu disini. Jangan kecewakan mereka dan bangkitlah segera."
Itu yang terus menerus kuulang-ulang kalimatnya Bu.

Entahlah Bu, mungkin anakmu ini belum memakan semua bekal yang kau bawakan. Atau mungkin, mental anakmu ini yang telat kukuatkan sebelumnya.

Tapi kau tetap sempurna, tidak ada salahmu yang menyebabkan aku terluka. Bahkan kau tepati janjimu, sebagai Ibu yang tetap menjaga anaknya walau jauh tak terjamah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PAMITAN

PEMBEBASAN

SELF BEGANDRING