UNTUK CINTA PERTAMA
Sepatutnya aku tidak memulai kalimat ini
Hanya karena rasa yang belum sempat kuungkap secara terang-terangan kepadamu.
Maaf,
aku terlalu beban walau tanpa kau jelaskan dengan gamblang. Aku paham.
Sejauh yang kutangkap—kau adalah yang terkuat
Sejauh yang kutatap—kau adalah yang paling tak jemu membalas dengan dekap
Maaf,
aku terlalu puitis untuk hari-hari tertentu yang istimewa dalam hidupmu. Aku cemen.
Hari ini adalah hari tersedih,
sebab kau tak di samping—dan usiamu bertahan setengah mati di ranting yang kecil.
Bagai daun kering yang mencoba menahan,
aku seperti angin yang tidak pernah tega menerjang.
Setengah abad sudah kau berjuang, dengan bergulung-gulung kisah yang sangat sedih bila diurai.
Aku tidak mampu.
Bila kugenggam tangan mu yang hangat
Bila kulihat senyum dan kerut dalam semburat wajah mu itu—
berjuta syukur kupanjat, berharap kau dan aku yang makin menua dan bahagia. Panjang usia, sehat sahaja.
Purworejo, 14 Februari 2022
(Untuk Ayah di perantauan)
Komentar
Posting Komentar