Tentang Pagi
Ketika Pagi
-Putri Palupi-
Pada suasana yang syahdu—kita kesulitan memulai lagu dan didahului kicau-kicau itu.
Sorak jago dari kandang samping rumah yang memecah keheningan selepas malam minggu.
Serupa aroma tak sedap dari dalam kamar keramat yang tak pernah terjamah ibu.
Ada aku dan kopi tandas tinggal ampas.
Memicingkan mata, mengedarkannya ke ambang jendela.
Rupanya mentari menelusup diam-diam, mencari jiwa malas untuk dipotong lehernya—dipotong kakinya.
Biar apa?
Tak ada kepala, maka tak berpikir. Tak ada kaki, maka tak jalan. Tak ada kedua-duanya—kita benar-benar mayat tak berguna.
Purworejo, 22 Oktober 2020

Komentar
Posting Komentar