Dua Nasib
Bapak-bapak penjual gerabah, marah.
Tatkala hujan mengobrak-abrik kedai miliknya,
sumpah serapahnya tertuju pada nasib malangnya.
Sedang itu, aku yang duduk di dekat penjual kacang—hanya bisa geleng-gelang kepala.
Aku heran tiada tara,
pertanyaan mengucur tak kalah hebat, balapan dengan hujan yang kadangkala berubah gerimis—lalu ulangi lagi.
Kenapa di sini panas, dan di sana hujan deras?
Rupanya inilah yang dinamakan garis kehidupan.
Antara kedua-duanya selalu ada rasa keluh. Dan kita selalu saja mengulang ketidak-bersyukuran itu.
Baledono Purworejo, 15 November 2020

Komentar
Posting Komentar