Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

UNTUK CINTA PERTAMA

Sepatutnya aku tidak memulai kalimat ini Hanya karena rasa yang belum sempat kuungkap secara terang-terangan kepadamu. Maaf, aku terlalu beban walau tanpa kau jelaskan dengan gamblang. Aku paham. Sejauh yang kutangkap—kau adalah yang terkuat Sejauh yang kutatap—kau adalah yang paling tak jemu membalas dengan dekap Maaf, aku terlalu puitis untuk hari-hari tertentu yang istimewa dalam hidupmu. Aku c emen. Hari ini adalah hari tersedih, sebab kau tak di samping—dan usiamu bertahan setengah mati di ranting yang kecil. Bagai daun kering yang mencoba menahan, aku seperti angin yang tidak pernah tega menerjang. Setengah abad sudah kau berjuang, dengan bergulung-gulung kisah yang sangat sedih bila diurai. Aku tidak mampu. Bila kugenggam tangan mu yang hangat Bila kulihat senyum dan kerut dalam semburat wajah mu itu— berjuta syukur kupanjat, berharap kau dan aku yang makin menua dan bahagia. Panjang usia, sehat sahaja. Purworejo, 14 Februari 2022 (Untuk Ayah di perantauan)